Monday, May 19, 2014

IPTEK CORNER : Kisah Nabi Musa AS Part 2/11



Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.


Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~

"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }


Musa bertemu Jodoh di kota Madyan

Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.

Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.

Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.

Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."

Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.

Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."

Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."

Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."

Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.

Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~

"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }


Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu

Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.

Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya: "Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan."

Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan Aku."


Bersambung ke part 3
Sumber : http://kisah25nabi.blogspot.com/2007/12/nabi-musa-as.html

No comments:

Post a Comment